Jual Artikel Tulisan Manusia

Aku mau jujur dari awal, sebelum nanti kamu nuduh yang enggak-enggak. Catat ya. Tulisan ini bukan hasil ChatGPT. Ini hasil keringat, pikiran, emosi, dan sedikit drama batin manusia asli yang masih bisa kesel kalau Wi-Fi lemot dan masih bisa bilang lapar walaupun sudah ngemil roti sebaskom. Jadi mohon duduk manis, tarik napas, jangan emosi dulu.

Ceritanya begini.

Di zaman sekarang, menulis artikel itu sudah kayak jualan gorengan di pinggir jalan. Semua orang bisa. Semua orang merasa bisa. Bahkan yang tadinya cuma bisa ngetik “ok” dan “sip” di grup WhatsApp keluarga, mendadak merasa terpanggil jadi content writer profesional.

Jual Artikel Tulisan Manusia

Tinggal buka ChatGPT, ketik: “buatkan artikel 1000 kata tentang bisnis”, lalu… jadi. Tinggal copas, upload, terus bilang, “Ini karya saya.”

Aku? Aku cuma bisa melongo. Bukan karena kagum. Tapi karena mikir, “Lho… ini artikel atau laporan hasil copy-paste berjamaah?”

Nah, di tengah hiruk pikuk dunia perkontenan itulah aku berdiri. Tegap. Seperti pohon palem. Dengan keyakinan bahwa artikel buatan manusia asli itu masih punya harga, martabat, dan rasa.

Jadi bukan cuma artikel yang susunan kata-katanya rapi, seolah tanpa nyawanya. Tapi artikel yang ada gregetnya. Ada bagian yang bikin pembaca manggut-manggut sambil mikir, “Lah, kok ini kayak gue banget?” Gitu lho.

Aku menulis artikel pakai otak sendiri. Otak yang kadang encer, kadang beku, kadang error tapi masih mau diajak kerja sama.

Artikel hasil bauatanku memang tidak selalu sempurna. Kadang ada bagus, kadang jelek, sarkas dikit, kadang ada lebay dikit, kadang ada analogi aneh yang muncul tanpa izin. Tapi justru di situ letak kenikmatannya. Karena tulisan manusia itu bukan mesin fotokopi.

Bayangin kamu baca artikel, terus isinya datar. Rapi. Formal. Tapi setelah selesai dibaca, perasaanmu cuma satu: “Oh.”
Selesai. Nggak ada kesan yang membekas. Nggak ada yang nyantol.

Sekarang bandingkan dengan artikel yang ditulis manusia. Ada bagian yang bikin senyum. Ada bagian yang bikin mikir. Ada kalimat yang kamu garis bawahi sambil bilang, “Ini gue banget.”
Nah, itulah artikel yang aku jual.

Aku bukan mau sok suci. Aku juga tahu ChatGPT itu canggih. Pintar. Cepat. Kayak anak IPA ranking satu yang kalau ulangan nggak pernah remedial. Tapi justru karena terlalu rapi itulah, tulisannya sering kehilangan rasa. Kayak sayur sop tanpa garam. Sehat sih, tapi hambar.

Artikel yang aku tulis itu disesuaikan sama kebutuhan manusia, bukan mesin. Mau buat blog pribadi? Bisa. Website bisnis? Bisa. Konten promosi yang nggak kelihatan jualan tapi ujung-ujungnya jualan? Itu spesialisasi.

Aku ngerti satu hal penting:
Pembaca itu manusia, bukan robot.
Dan manusia itu suka dibikin merasa dipahami, bukan dijejali kata-kata kaku.

Makanya, artikelku itu nggak asal panjang. Bukan cuma ngejar 1000 kata biar kelihatan niat. Tapi setiap paragraf ada tujuannya. Ada alurnya. Ada napasnya. Bahkan kadang ada sindiran halus yang bikin pembaca ketawa kecil sambil pura-pura serius.

Dan satu hal yang paling penting:
Artikelku aman.
Aman dari plagiarisme. Aman dari jejak AI yang terlalu kentara. Aman dari rasa “kok kayaknya aku pernah baca artikel ini. Tapi di mana ya?”

Aku tahu, sekarang banyak klien yang trauma. Pesan artikel, eh ternyata hasilnya:

  • Terlalu kaku
  • Terlalu generik
  • Terlalu “bau mesin”
  • Atau lebih parah lagi: sama persis dengan artikel di website sebelah, cuma beda judul doang

Aku ngerti rasa sakit itu. Sakitnya tuh kayak beli es teh manis, tapi ternyata tawar. Ehem...

Makanya aku berani bilang,
Kalau kamu cari artikel yang hidup, yang masuk akal, yang enak dibaca, dan yang nggak bikin pembaca kabur sebelum paragraf ketiga, aku bisa bantu.

Topiknya? Fleksibel.
Gaya bahasanya? Bisa disesuaikan.
Mau formal sopan? Bisa.
Mau santai tapi tetap cerdas? Bisa.
Mau agak nyentil tapi nggak nyakitin? Apalagi.

Dan yang paling penting.
Aku nggak menjual janji kosong. Aku menjual proses. Proses berpikir. Proses menulis. Proses mengolah ide sampai jadi tulisan yang layak dibaca manusia normal yang punya emosi.

Kalau kamu tanya, “Kenapa harus artikel tulisan sendiri, bukan ChatGPT?”
Jawabannya sederhana.
Karena tulisan itu representasi identitas.

Website kamu itu wajah kamu di internet. Masa iya wajahnya hasil template? Masa iya suaranya sama persis kayak ribuan website lain?

Jual Artikel SEO

Aku bukan musuh teknologi. Aku cuma percaya, di tengah dunia yang makin otomatis, sentuhan manusia justru makin berharga.

Jadi kalau kamu...

  • Punya blog tapi isinya masih sepi
  • Punya website bisnis tapi artikelnya terasa hambar
  • Atau pengin konten yang bikin pembaca betah, bukan sekadar mampir

Ingat satu hal.
Tulisan manusia masih relevan. Masih dicari. Dan masih layak dibayar.

Dan di sinilah aku berdiri. Menawarkan artikel hasil pikiranku sendiri. Bukan hasil mesin. Bukan hasil copas. Tapi hasil proses yang kadang ditemani kopi, kadang ditemani overthinking, dan kadang ditemani deadline yang bikin jantung deg-degan.

Kalau kamu mau artikel yang sekadar “jadi”, silakan cari yang murah.
Tapi kalau kamu mau artikel yang berasa, bernyawa, dan punya karakter, ya… kita bisa ngobrol baik-baik.

Tenang. Aku nggak galak.
Paling cuma sedikit lebay. Hehehe

0 Komentar